Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2009

Selamat Natal 2009

Kesepakatan

Desember 2009 ini, kegiatan pendampingan kelompok remaja dan anak-anak di Bantaran Kali Brantas, Mergosono, Malang, libur. Libur karena anak-anak ujian juga kesibukan Natal. Tapi kami semua telah sepakat.....pada saat Natal anak-anak datang berkunjung ke rumah saya, seperti tahun-tehun kemarin. Juga anak-anak yang telah remaja bersepakat memulai kelompok diskusinya per Januari 2010. Sekarang kegaitan diskusi tak lagi berpusat di rumah saya, melainkan bergantian di rumah beberapa anak di Mergosono. Alasannya, biar teman-teman lain "yang dulu di larang" ikut, bisa ikut kegiatan ini. Kami telah merencanakan membahas beberapa hal, seperti: Kotak Rahasia, Nonton Film, Games, dll. Sepertinya seru dan anak-anak telah setuju. Aaah....saya sendiri jadi sudah tak sabar untuk bertemu di kelompok yang memiliki dinamika yang menarik khas remaja sekarang ini.

Entry Point

Ada banyak orang bilang, mencari "entry point" (pintu masuk) dunia pendampingan tak mudah. Saya pun bilang itu tak mudah! Karena saya juga mengalaminya. Tahun pertama saya melakukan pendampingan anak-anak pemulung dan kampung di Bantaran Kali Brantas, Mergosono, Malang, Jawa Timur, Indonesia, juga banyak mengalami kesulitan. Beragam cara saya pergunakan sebagai entry point, tapi kurang begitu mengena. Bukannya tak berhasil, tapi kurang begitu tepat. Jadi kadang tak begitu dirasakan anak-anak dampingan saya, maupun saya sendiri. Akhirnya, lewat beberapa proses, saya temukan juga jalan itu. Tahukah Anda, ternyata itu sungguh sederhana sekali, namun sangat mengena. Menggunting Kuku!!! Ya, inilah sarana saya memasuki dunia anak-anak dampingan saya. Bermula dari melihat kuku tangan anak-anak yang selalu kotor, panjang menghitam, akhirnya inilah jalan itu. Sambil menggunting kuku tangan mereka, akhirnya mengalir pula cerita-cerita mereka. Cerita sedih, cerita duka, cerita gembira.

Amanda

Amanda, anak perempuan paling muda yang ikut menjadi dampinganku. Usianya belum genap dua tahun. Namun demikian dia selalu ingat saban Minggu, pasti datang mengunjungiku, bersama neneknya. Meski rambutnya belum juga mau tumbuh, serta ingusnya yang tak juga berhenti meski telah berulangkali diobati, Amanda sudah mengerti ke mana setiap saban Minggu pagi kami berkumpul. Neneknya pun datang mengantar sambil menyerahkan enam ribuan padaku, pagi itu (15/11/09). Ya, ia menyisihkan uang jajan Amanda untuk menabung di tempatku. Meski serba kekurangan, mereka masih mau memikirkan betapa pendidikan itu perlu. Perlu dipersiapkan karena mahal. Perlu diraih, meski berkeringat sekarang.... Amanda, yang belum genap dua tahun ini, telah ditinggalkan ibunya menjadi TKI ke Hong Kong. Ayahnya, entah ke mana pergi....sepertinya keluarga brokenhome ini, lengkap sudah mewarnai tepian Mergosono, yang sarat dengan penduduk pendatang. Amanda,.....akhirnya tinggal bersama neneknya. Waktu datang kemarin, Amanda

Tempat Bermain

Tanah lapang, di SDN Mergosono 4 Malang, tempat biasa kami bermain dan belajar, dua bulan ini menjadi sempit. Semua itu dikarenakan perluasan kelas untuk tambahan ruang belajar, Perpustakaan dan ruang kesehatan. Hasilnya tanah lapang menjadi begitu sempit. Menurut anak-anak pun, kegiatan olahraga berpindah ke tanah lapang di Bumiayu, yang lumayan jauh bila berjalan ke sana. Belum lagi, pas hari Minggu, saban kami bertemu, tak ada lagi ruang untuk berlari-lari atau bermain sepeda....ya, karena pas hari itu Mak Tri (istri penjaga sekolah) mencuci semua taplak sekolah. Sehingga lapangan pun penuh sebagai tempat jemuran..... Ya, kami harus makin kreatif membuat kegiatan pembelajaran dan pendampingan di Mergosono. Semoga masih ada tempat, di bilik-bilik sempit pinggiran sungai atau tempat sampah.....

Norma

Norma namanya. Saudara kembar dari Nora. Meski demikian, nasibnya sedikit tak beruntung dari kembarannya. Meski cantik parasnya, putih kulitnya, pertumbuhan Norma sedikit terlambat. Hal tersebut mungkin dipengaruhi ketaksempurnaan pada sepasang kakinya. Sejak lahir sepasang kakinya kecil, sehingga dia harus jinjit bila ada seseorang yang mengajaknya berjalan. Alhasil, hingga usianya yang keempat tahun, dia masih berjalan merangkak. Sebenarnya Norma, anak perempuan yang periang, tawanya mampu menggugah siapa saja yang berada di dekatnya. Meski terkadang, kita juga mesti basah karena leleran ilernya, yang tak jua berhenti mengalir, di sudut bibirnya. Sayangnya, dia jarang berada di luar rumah. Lebih banyak di dalam rumah, bermain sendiri. Kebetulan saat foto ini diambil, kakaknya kupaksa mengajak dia bermain ke luar rumah. Kesempatan baik itu tak kusia-siakan. Meski setengah susah berbicara dengannya, dia cukup banyak bertanya juga bermain dengan temannya yang lain. Norma....Norma....se

Permainan Termurah

Teringat saat listrik padam.... Tak tahu apa yang hendak dilakukan. Saat lilin atau lampu minyak menyala, tangan dan imajinasipun bergolak. Dan ceritapun meluncur..... dan tawapun menebar.... bersama gerak tangan yang makin banyak meloncat-loncat di dinding kamar.... meloncat-loncat di langit-langit.... hingga mulut dan tangan lelah hingga kantuk meraja.

Depresi

Seorang ibu dari salah satu anak-anak dampinganku, mencegatku siang itu, saat aku hendak pulang selesai belajar bersama anak-anak dampinganku. Wajahnya nampak segar, bahkan titik-titik air masih hinggap di kening dan pipinya. Sepertinya dia usai keramas, mandi dan mencuci di Kali Brantas. Sebagian bajunya juga basah karena air. Di tangan kanannya menenteng seember besar cucian. Sedang di tangan kirinya memegang erat ember kecil berisi peralatan mandi. Akhirnya kami berdiri di lorong sempit, turunan jalanan itu. Sedikit panas oleh sengatan matahari. Kami pun asyik ngobrol, meski awalnya basa-basiku saat bertemu dengan dia. "Bagaimana kabar Bapaknya anak-anak?" tanyaku, padanya. Bak air bah, mengalir pula ceritanya kemudian. Bersemangat, kadang intonasinya lemah, juga pancaran matanya yang bergejolak. Sudah hampir setahun ini ia ditinggalkan suaminya, menjadi TKI di negeri Jiran, Malaysia, bekerja di perkebunan kelapa sawit. Hampir setahun ini pula, wanita di depanku ini, dalam

Panas

Saya tak bisa membayangkan, bagaimana kondisi di Afrika saat ini. Saya hanya pernah mendengar dan membayangkan betapa di sana sangat panas. Beberapa waktu ini, di Malang juga sangat panas sekali. Kadang mendung, tapi tak juga turun hujan. Akibatnya udara terasa sesak dan panas. Kemudian saya jadi berfikir ulang, bagaimana ya kondisi di Afrika? Apakah jauh lebih panas dari yang sekarang saya alami di Malang? Saya belum tahu. Saya hanya bisa merasakan, meski seharian saya berada dalam ruangan ber-AC, namun kadang tak bisa mengalahkan panas bumi yang semakin lama semakin kacau. Kacau? Ya, mungkin ini istilah yang tepat. Global warming akhirnya menyerang kita juga bukan? ah, saya jadi merindukan.....ketika duduk-duduk di bawah sebuah pohon besar yang rindang, duduk, makan dan minum di sana. Ah, pasti menyenangkan. Thomas, Kathrin, Totok, Jonna, Lea, saya sangat merindukan saat kita membuat pesta kebun setahun kemarin di Balewiyata. Masihkah ada pohon-pohon lainnya yang menaungi kita kelak?

Puzzle

Minggu pagi itu (02 Agt 2009), kami memperingati Hari Kemerdekaan RI. Ada beberapa kegiatan yang kami lakukan. Lomba mewarna, lomba kerjasama juga membuat puzzle. Membuat Puzzle? Ya, karena kami tak memiliki banyak alat, maka kami harus kreatif. Demikian juga untuk beberapa permainan, maka kami buat sendiri bahan-bahannya. Sederhana, tapi anak-anak senang memakainya. Seperti saat kami membuat puzzle, kami mewarnai sendiri gambar yang mau dipakai puzzle, memotong dan menempel pada karton yang lebih tebal. Ah, ternyata dari hal yang sederhana, kami bisa juga lho, membuat buat adik-adik kami atau kami pakai sendiri. Mau mencoba?

Kelompok Remaja

Kelompok Remaja Putri. Kami mengadakan pertemuan tiap Jumat petang di rumah. Bahan obrolan pun beragam, mulai dari pengalaman haid pertama, KDKRT (kekerasan dalam rumah tangga), pengalaman yang menyenangkan, pengalaman menyedihkan, cita-cita, pacaran, dsb. Awalnya tidak langsung ke permasalahan anak, tapi tetap dengan media permainan anak. Kadang hati saya miris mendengar penuturan mereka tentang apa yang mereka alami. masih saja di zaman semodern ini, kekerasan masih saja dialami. Jujur, saya bangga pada mereka......yang berusaha keras menghadapi hidup ini. Lewat mereka lah, hidup juga makin berwarna. Tetap berjuang ya!!!

Ngemong Adik

Susahnya punya waktu bermain sendiri.... selagi ingin bermain sendiri dengan teman, harus menjaga adik. Tapi semangat untuk belajar tetap tinggi. Jadilah bermain sambil ngemong (menjaga) adik. Bayangkan repotnya,.....seorang anak yang baru berumur 9 tahun, harus menjaga dua orang adik, yang selisih umurnya tak jauh. Tapi sungguh bersyukur, rasa kasih sayang selalu ada di sini.

Bermain juga Belajar

Nih, serunya belajar bareng anak-anak...... pas seru-serunya menggambar, datang seorang anak yang langsung saja naik ke atas punggung kawannya. Kawan yang dinaiki pun tak marah, masih tetap asyik mewarna. Menggores-gores crayon. Bermain-main dengan warna. Sang teman yang baru datangpun tak jadi menggoda, ganti melongo sambil memandangi kawannya. Ahhh......anak-anak!

Kak Enil & Kak Jeff

Surat Buat Sahabat

Siang itu kami mendapat sepucuk surat dari sahabat di seberang, Kak Enil, yang sekarang tinggal di Canada. Anak-anakpun kemudian sibuk menulis surat balasan. Ternyata kasih, tak kan memisahkan hati. Meski raga jauh di pandang mata.

Reportase lagi....

Sudah lama aku tak melakukan aktivitas reportase. Ada kerinduan juga, setelah sekian lama terbenam di meja, bergulat dengan komputer. Akhirnya datang juga kesempatan ini.... jumpa Kia, mantan salah satu jebolan Akademia Fantasi Indonesia, yang sekarang sedang mangambil jalur di album solo rohani. Kami bertemu di Hotel Purnama, Batu, malang. Perbincanganpun mengalir manis...... seperti sepotong sore di tepian kota dingin ini.

Jagoan Cilik

Putro , Nora dan Amel... Tiga jagoan cilik, yang tak menangis saat terserang penyakit cacar air. Meski pedih di tubuh, dan gatal-gatal menyerang, mereka masih saja berlari di siang hari, menebar tawa dan senyum, khas kanak-kanak. Senyummu itu, semangat di hari panas.... dan setangkup doa terpanjat temanimu sepanjang waktu.

Gajah

Menurutmu, gajah berwarna apa? abu-abu? coklat? putih? Di sini gajah bisa berwarna apa saja. Gajah bisa berwana Merah, Biru, Hijau, Kuning...dan sesuka hati. "Gajah sirkus!" kata anak-anak.

Pedih itu....

Pedih.... kala mendengar seorang anak berucap, "Kak, aku gak sekolah lagi!" "Mengapa?" tanyaku dengan rasa kaget. Dia diam saja. Diam terus. Masih diam. Pandang matanya tertuju pada kaki kanannya yang kini agak bengkok. Dan tetes air matanya menjelaskan padaku........ Aku terjebak dalam guruh di siang hari. Air mataku pun menetes di hati, meratapi sebuah kecelakaan yang merenggut asa di hati.

Pagiku

Pagiku.... datang padaku dengan senyum rekahan mentari hangatnya merengkuh hati menyejukkan jiwa seperti dedaunan hijau yang tetap setia menggoyangkan badannya tangkainya akarnya dan setetes embun membuka hari ini

bersama

Karyaku

Permainan kerjasama

outbond

Kunjungan ke Museum Zoologi

Membuat Puzzle

mewarna

Aku dan Anak-anak dampinganku

Pendampingan Anak di Bantaran Kali Brantas, Mergosono, Malang Belajar Bersama Masyarakat Pinggiran Awalnya bermula dari sebuah keinginan, untuk berbagi dengan anak-anak. Tak terasa sembilan tahun sudah ketika pendampingan anak-anak pemulung ini berlangsung. Bukan ingin bermegah diri pula ketika tangan saya tiba-tiba mengetik pada tuts komputer. Semua hanya ingin berbagi pengalaman. Sesuatu yang indah tak baik bukan bila hanya tersimpan rapat di sudut gang-gang sempit yang kumuh? Saban Minggu pagi, di halaman SD Mergosono IV Malang, kami berkumpul. Sekelompok anak-anak usia balita hingga SMP. Tak banyak, hanya kisaran 15-an anak. Tapi anehnya, semakin siang kami bercokol di sana, semakin ramai anak-anak yang datang, bisa antara 20-25-an anak. Kemungkinan besar mereka baru bangun tidur, sehingga baru sempat bergabung. Hari ini (27/9), kami belajar menyusun puzzle, mengelem dan mewarnai. Jangan bayangkan puzzle yang ada adalah puzzle bagus seperti di toko-toko. Puzzle y