Ada banyak orang bilang, mencari "entry point" (pintu masuk) dunia pendampingan tak mudah. Saya pun bilang itu tak mudah! Karena saya juga mengalaminya.
Tahun pertama saya melakukan pendampingan anak-anak pemulung dan kampung di Bantaran Kali Brantas, Mergosono, Malang, Jawa Timur, Indonesia, juga banyak mengalami kesulitan.
Beragam cara saya pergunakan sebagai entry point, tapi kurang begitu mengena. Bukannya tak berhasil, tapi kurang begitu tepat. Jadi kadang tak begitu dirasakan anak-anak dampingan saya, maupun saya sendiri.
Akhirnya, lewat beberapa proses, saya temukan juga jalan itu. Tahukah Anda, ternyata itu sungguh sederhana sekali, namun sangat mengena. Menggunting Kuku!!!
Ya, inilah sarana saya memasuki dunia anak-anak dampingan saya.
Bermula dari melihat kuku tangan anak-anak yang selalu kotor, panjang menghitam, akhirnya inilah jalan itu.
Sambil menggunting kuku tangan mereka, akhirnya mengalir pula cerita-cerita mereka. Cerita sedih, cerita duka, cerita gembira.
Awalnya, membiasakan menggunting kuku menjadi sesuatu yang susah. Tapi lama kelamaan setelah terbiasa, menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu. Tak jarang, saat saya datang, mereka langsung menyodorkan tangan mereka untuk dipotong kukunya. Bahkan sekarang mulai dari anak-anak yang besar membantu saya memotong kuku adik-adiknya.
Memang tak selamanya entry point ini bisa dipakai, karena anak-anak juga semakin besar.
Puji Tuhan, ada jalan lain yang terbuka untuk saling sharing, seperti dengan kelompok remaja yang lebih terbuka untuk bercerita tanpa diminta. Anda punya pengalaman dan ide yang lain? Yuuk, saling berbagi untuk membangun bersama. Merdeka!
Tahun pertama saya melakukan pendampingan anak-anak pemulung dan kampung di Bantaran Kali Brantas, Mergosono, Malang, Jawa Timur, Indonesia, juga banyak mengalami kesulitan.
Beragam cara saya pergunakan sebagai entry point, tapi kurang begitu mengena. Bukannya tak berhasil, tapi kurang begitu tepat. Jadi kadang tak begitu dirasakan anak-anak dampingan saya, maupun saya sendiri.
Akhirnya, lewat beberapa proses, saya temukan juga jalan itu. Tahukah Anda, ternyata itu sungguh sederhana sekali, namun sangat mengena. Menggunting Kuku!!!
Ya, inilah sarana saya memasuki dunia anak-anak dampingan saya.
Bermula dari melihat kuku tangan anak-anak yang selalu kotor, panjang menghitam, akhirnya inilah jalan itu.
Sambil menggunting kuku tangan mereka, akhirnya mengalir pula cerita-cerita mereka. Cerita sedih, cerita duka, cerita gembira.
Awalnya, membiasakan menggunting kuku menjadi sesuatu yang susah. Tapi lama kelamaan setelah terbiasa, menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu. Tak jarang, saat saya datang, mereka langsung menyodorkan tangan mereka untuk dipotong kukunya. Bahkan sekarang mulai dari anak-anak yang besar membantu saya memotong kuku adik-adiknya.
Memang tak selamanya entry point ini bisa dipakai, karena anak-anak juga semakin besar.
Puji Tuhan, ada jalan lain yang terbuka untuk saling sharing, seperti dengan kelompok remaja yang lebih terbuka untuk bercerita tanpa diminta. Anda punya pengalaman dan ide yang lain? Yuuk, saling berbagi untuk membangun bersama. Merdeka!
Merdeka untuk saling memerdekakan, SEPAKAT
BalasHapus