Langsung ke konten utama

Belajar dari Bencana

Minggu pagi yang dingin, 8 Desember 2013. Matahari memang memancar terang, tapi udara dingin dan sisa hujan sepanjang hari kemarin, tetap membungkus pagi itu dengan selimut dingin yang tebal. 

Baru sekitar jam 8 pagi, saat langkah kakiku memasuki perkampungan Mergosono gg 1A tersebut, suara anak-anak menyambutku dengan riang. Bergegas Amel membantu si kecil No, mengenakan bajunya. "Aku cakit...minum obat...ke doktel..." celoteh si No, berusaha bercerita padaku. Bocah berusia 1 1/2 tahun tersebut, terlihat segar meski pilek. Mbahnya yang kemudian bercerita padaku kalau cucunya ini telah hampir seminggu ini batuk pilek tak kunjung sembuh, dan akhirnya di bawa ke dokter.
Setelah Amel dan No siap, kami berjalan bersama meninggalkan Kampung Baru itu, menuju halaman sekolah SDN Mergosono 4. Baru sampai di pagar pembatas kampung, nampak Pak Boy tengah menjemur pakaian.
"Wah, apa kabar Pak Boy? Krasan di rumah barunya?" sapaku hangat.
"Harus krasan Kak," ucapnya dengan senyumnya yang ramah. "Ayo, mampir Kak Ayik," ucapnya lagi menawarkan. Sambil basa-basi menolak karena anak-anak sudah menunggu, kami masih bercakap-cakap sebentar tentang keluarganya.
"Lho, habis banjir ya, Pak, kok ruang pertemuan itu dibersihkan?" tanyaku pada Pak Boy. Pandangan mataku mengarah pada ayah dari Indra yang sedang membersihkan ruang pertemuan di depanku.
"Oh, iya, kemarin malam banjir lagi...3 rumah di kampung ini terendam air. Makanya itu, mamanya anak-anak belum bangun, masih kecapekan..." terang Pak Boy.
"Lho, saya dengar di pinggir kali sudah mulai ada penghijauan?"
"Masih kecil-kecil Kak, pohonnya. Tapi untunglah gak terlalu parah banjir kemarin."
Setelah berpamitan, aku dan beberapa anak yang sudah menunggu segera melanjutkan perjalanan ke halaman sekolah.
Halaman sekolah masih sepi, bekas hujan masih nampak di sana-sini. Segera aku dan anak-anak mengepel beberapa bagian lantai di depan sekolah, untuk tempat kami belajar.
Amel, Putri dan Nabila membantu mengepel sambil becanda. Sementara si No bersama neneknya menunggu di bawah. Selesai mengepel, dan lantai menjadi kering, segera kami duduk bersama di lantai....ihhh, dingin. Tapi lumayanlah, dari pada tidak ada tempat. Seperti biasa, sebelum memulai belajar, acara gunting kuku dan pembagian vitamin C menjadi waktu yang menarik. Sambil menggunting kuku, anak-anak curhat tentang keadaan mereka masing-masing.
"Kok sepi, ke mana anak-anak yang lain?" tanyaku memancing.
"Masih di GOR Mbak,..." jawab Nabila. "Tapi pasti sebentar lagi mereka datang."
"Kalau ke GOR itu ngapain sih?" tanyaku pura-pura tak tahu.
"Ya, olahraga dong, Mbak...jalan-jalan, ya, sepedaan, main bola atau lari-lari," terang Putri semangat.

Kami pun kemudian memulai belajar bersama. Pagi ini santai saja, belajar mewarna karena kita agak lama tidak bertemu. Jadi waktu yang ada lebih banyak untuk dipakai curhat alias sharing di antara anak-anak.
Tak berapa lama muncul Moris, diikuti Doni, kakaknya, dan juga anak-anak yang lain, yang kemudian mulai bergabung.
"Mbak, kemarin banjir lagi lho,..." cerita si Moris.
"Ohya,..." ucapku pura-pura belum tahu kabar ini. "Trus,...?" pancingku lagi.
"Di dekat rumahku ada tiga rumah yang kena banjir, rumahnya Hilda, Mbok Jum sama rumahnya si Seva. Trus kalau yang sebelah timur rumahnya Mbak Tini. Si Hilda nangis terus waktu dapur rumahnya kebanjiran...padahal lebih parahan rumah si Mbok Jum," cerita Moris.
"Dik Hilda nangis itu soalnya dia lagi sakit, Mas," ucap Amel menimpali cerita Moris.
"Enak ya, banjir kemarin...." ucap Maya bocah perempuan usia 5 tahunan itu sambil tersenyum.
"Kok, enak sih?" ucap Moris heran.
"Iya, soalnya aku bisa main air," ucap Maya dengan gayanya yang lugu.
"Ha ha ha...aku yo, bisa main air..." ucap Ade sambil tertawa.
"Kak...Ade ini kemarin malah ngerepotin saja. Masak semua orang lagi bantu-bantu mbuang air akibat banjir...ngangkut-ngangkut barang...eh, dia malahan main air. Kapok...akhirnya kemarin dia kena marah sama si Mbok Jum," ucap Moris dengan muka serius.
"Memang air sungai mulai naik sejak jam berapa?" tanyaku.
"Kira-kira jam 6 Kak. Sungainya membesar mulai siang sih, kan kemarin hujan deras seharian, tapi kayaknya mulai naik ke perkampungan ya, habis Mahgrib gitu," cerita Moris. Sementara anak-anak yang lain mendengarkan dan menimpali percakapan ini sambil mewarnai gambar masing-masing.
"Aku mulai bantu-bantu ya, sekitar jam 6 gitu sampai jam 9 malam...aduh capek banget!" cerita Moris lagi.
"Ayo, apa kesimpulan dari kejadian banjir kemarin?" tanyaku pada anak-anak.
"Ya, kita harus saling membantu," ucap Nabila.
"Kita gak boleh ngerepotin orang lain...seperti Ade itu," ucap Moris. Nampak Ade tersipu malu-malu.
"Benar. Saat ada orang susah di sekitar kita, kita harus belajar peduli sama mereka. Meskipun kita kecil, tapi kita bisa membantu orang-orang disekitar kita, meskipun hal-hal yang kita kerjakan tersebut kecil. Tapi percayalah, pasti besar manfaatnya bagi orang lain," ucapku.







Tak terasa hari makin siang...setelah semua anak selesai mewarnai gambarnya, kamipun membuat kesepakatan untuk bertemu kembali pertengahan bulan Januari 2014, dengan kegiatan yang lebih menarik tentunya.

Selamat menyambut Natal 2013 & Tahun Baru 2014
Selamat tetap bersiaga dengan bencana di sekitar kita

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Games Kejujuran

Minggu, 30 Juni 2013 Pagi yang cerah, anak-anak sedang libur sekolah. Pekan yang lalu kami telah sama-sama berencana, jika hari ini akan mengadakan kegiatan lomba. Rupanya anak-anak di Bantaran Kali Brantas, Mergosono, Malang, sudah tak sabar menanti kedatangan saya. Begitu saya datang, semua anak langsung berkumpul di tanah lapang SDN Mergosono 4, tempat biasa kami bermain dan belajar bersama. Mereka datang dengan wajah-wajah yang penuh semangat, senyum ceria dan di tangan mereka telah terkepal 'gempo' (gempo= bulatan dari tanah yang dipadatkan). Setelah mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk membuat track untuk lomba, anak-anak berkumpul di halaman, duduk bersama dan kami mulai dengan membuat peraturan permainan bersama terlebih dahulu. Permainan sepanjang hari ini kami namakan Games Kejujuran. Peraturan selama permainan adalah: tidak boleh ada kata-kata kotor, perkelahian dan suara tangis. Setiap kali ada pelanggaran konsekuensinya poin dikurangi 10. Sedangkan jika

MEWARNAI PASIR

Minggu depan kami berencana mewarnai gambar dengan menggunakan pasir laut. Wah, gimana caranya? Penasaran ya? Sabar, pasti jika tiba saatnya kami akan tulis juga di blog ini.  Jadi pekan ini kami belajar menyiapkan bahannya yakni membuat pasir berwarna. Pertama kami menyiapkan semua bahannya: pasir laut, pewarna makanan, gelas plastik, sendok/garpu plastik, dan air secukupnya.     Pasir laut yang sudah dicuci bersih dan dikeringkan Pewarna Makanan Gelas, sendok/garpu plastik bekas Cara membuatnya: Pertama pasir laut harus dibilas dengan air tawar terlebih dahulu untuk menghilangkan bau amis, jemur di tengah terik matahari. Kita bisa jemur beberapa kali (meski pasir sudah kering) agar bau amis bisa benar-benar hilang. Kemudian kita bisa simpan pasir tersebut pada botol plastik (bekas aqua, dsb).   Untuk mewarnai pasir laut, kami menggunakan warna dari pewarna kue cair, dicampur dengan sedikit air, dan anak-anak membantu dengan mengaduk pasirnya hingga rata terca

Permainan Kerjasama - Melewati Tali

Permainan kerjasama - Melewati Tali, sebenarnya mudah. Hanya saja perlu kekompakkan dan kerjasama kelompok. Pertama, anak-anak membentuk lingkaran besar dan saling bergandengan tangan. Tali (bisa dari tali rafia) diletakkan pada tubuh salah seorang anak. Tiap-tiap anak berusaha untuk memindahkan tali tersebut ke temannya yang lain, tanpa melepaskan pegangan tangannya. Mau mencoba? Seru juga lho!