Yanti, namanya.
Gadis cilik ini, baru beberapa bulan ini bergabung belajar bersama kami.
Saban kali kutanya siapa nama lengkapnya...dia hanya menggelengkan kepalanya. Jawabannya sepotong-potong. Kata-kata yang diucapkannya terkadang kurang bisa dimengerti, kadang meminta perhatian, selebihnya gumaman tak jelas.
Sedikit yang baru bisa kuketahui, tentang dirinya...Yanti berumur sekitar 6 tahun hampir masuk 7 tahun. Keluarganya, pendatang baru, di kampung baru Mergosono, Malang. Sepertinya nenek Yanti berasal dari keluarga Madura. Yanti anak pertama dan dia memiliki 3 orang adik, wahhh, ini memang problem masyarakat di sini,...rumah sepetak, namun anak banyak.
Aku kurang paham jelas, mengapa anak-anak "sedikit" menyisihkan Yanti dan adik-adiknya, saban kali datang bergabung di antara kami. Saat, suatu kesempatan ada, aku bertanya pada mereka.
"Ada apa dengan Yanti?" tanyaku, suatu kali pada mereka.
"Kotor banget, Mbak,...!" jawab mereka, sambil menunjukkan muka jijik.
Agak geli juga mendengar ucapan mereka...tapi kemudian setelah kuperhatikan beberapa saat, setelah kami bertemu beberapa kali dan aku melewati rumah kontrakkan keluarga Yanti, baru aku paham kondisi mereka.
Ya, seperti kebanyakan keluarga pendatang dan pemulung di kampung baru itu,...memang kata bersih jadi sesuatu yang mewah. Tapi, jika dibandingkan dengan anak-anak yang lainnya, Yanti dan adik-adiknya, memang "sedikit" kurang mendapatkan perhatian dari orangtuanya.
Suatu kali Yanti datang menemuiku dengan pipi dan wajah yang penuh dengan bedak tebal (bahasa Jawa: mbeluk), anak-anak yang melihatnya menertawakannya. Tapi Yanti terkihat cuek saja.
"Siapa yang membedakimu, Yan?" tanyaku, ingin tahu.
"Aku sendiri Mbak," ucap Yanti dengan senyum manisnya. Akupun tersenyum, berusaha memahaminya.
Yanti dalam berbagai ekspresi...
antara keterasingan dan kesedihan
kuncir rambut Yanti,...
menarik perhatian anak-anak untuk menggoda dan menariknya, haduhhh...!
Yanti dibantu Moris, untuk belajar mencari huruf
Yanti dan Arman, adiknya, saat belajar bersama
Pasti ada pertengkaran di antara mereka...masih sering berebut sesuatu
Di antara anak-anak yang lain, Yanti memang agak lambat dalam berpikir. Nampak terlihat jelas, adiknya, si Arman, jauh lebih cerdas.
Aku berpikir, Tuhan mungkin sedang memberiku sebuah PR kesabaran, lewat Yanti. Kesabaran untuk mengajarinya...
kesabaran untuk mengerti kondisinya...
kesabaran untuk berbagi dengannya.
Tuhan, kuatkan aku.
Komentar
Posting Komentar