Kemarin petang (31/10), saya berkunjung ke rumah Putro, di Bantaran Kali Brantas, Mergosono, Malang. Sebuah rumah kecil di antara deretan rumah-rumah petak, yang persis berada di bawah gunungan sampah besar. Saya tak bisa bayangkan, jika suatu kali mendadak gunungan sampah itu longsor....mungkin deretan rumah inilah yang pertama kali tertimbun...OMG! semoga bayangan buruk ini dijauhkan dari saya.
Saya mendapati Putro (5 tahun) tergolek lemah di atas kasur tipis, tanpa dipan (berarti sama saja dengan tidur di atas lantai). Badannya berselimut kain tipis. Ruang kamarnya gelap. Saat saya tanyakan pada ibunya, "Mana lampunya?" Ibunya pun menjawab, "Memang sengaja gak dikasih lampu," ucapnya sambil tersenyum tertahan. Kemudian ibu Putro beranjak menghidupkan lampu sebelah...jadilah kamar Putro sedikit bercahaya alias remang-remang.
Putro membuka matanya saat saya masuk kamar yang berantakan itu. Saya raba badannya, ternyata panas. Keningnya juga panas. Saya tak tahan melihat Putro yang jauh berbeda kondisinya beberapa bulan yang lalu. Badannya sekarang tinggal kulit berbalut tulang. Pada awal hendak memfoto dia, saya merasa tak tega....tapi ibunya mengijinkan dan akhirnya saya memaksa diri saya utnuk memotret dia, dengan kamera HP sederhana karena kamera pocket saya rusak.
Putro tidak bisa berdiri lama-lama, karena kakinya tidak cukup kuat menahan berat badannya, meski sekarang kurus kering itu. Akhirnya dia menangis dan minta kembali rebahan sambil mencopot celananya, karena gerah. Saya menahan nafas melihat tubuh kurus keringnya itu. "Duh, Gusti,...kuatkan saya!"
Berbincang sebentar dengan ibunya, saya akhirnya mendapatkan informasi jika Putro telah dibawa ke beberapa dokter dan RS. Mereka bilang Putro mengalami kekurangan gizi. Tapi selama proses pengobatan, belum ada hasil yang signifikan.
Kemudian saya serahkan melalui ibunya sebotol suplemen makanan (curcuma plus), yang kemudian dipegang Putro dengan erat. Semoga melalui sedikit hal ini, Putro ada sedikit semangat buat makan.
Saat hendak pulang, saya bertemu dengan Norma, salah satu kakak Putro. Norma terlahir kembar bersama Nora, kedua-duanya sama-sama perempuan. Nora telah duduk di kelas 3 SD, tapi Norma tidak dapat menikmati kebahagiaan seperti kembarannya....karena sejak lahir kaki Norma mengidap polio, sehingga dia tidak bisa berjalan, hanya bisa merangkak. Norma cantik, tapi dia belum bisa mengontrol air liur yang keluar dari mulutnya. Tapi sungguh mengharukan....ternyata dia tetap mengenali saya dan memanggil nama saya, meski kami jarang bisa bertemu. Saya pun mengobrol dengan dia sejenak dan menghibur dia dengan mengajaknya berfoto....dia sangat suka difoto.
Saya tidak tahu, apa yang bisa saya perbuat terhadap keluarga ini. Saya hanya percaya, Tuhan yang telah pertemukan kami, dan Dia pasti akan bukakan jalan buat saya untuk menolong mereka...entah itu melalui kawan-kawan yang membaca tulisan ini atau melalui hal lain. "Tuhan, tolong kami..." doa ini yang mengiringi senja berubah malam, petang itu.
Saya mendapati Putro (5 tahun) tergolek lemah di atas kasur tipis, tanpa dipan (berarti sama saja dengan tidur di atas lantai). Badannya berselimut kain tipis. Ruang kamarnya gelap. Saat saya tanyakan pada ibunya, "Mana lampunya?" Ibunya pun menjawab, "Memang sengaja gak dikasih lampu," ucapnya sambil tersenyum tertahan. Kemudian ibu Putro beranjak menghidupkan lampu sebelah...jadilah kamar Putro sedikit bercahaya alias remang-remang.
Putro membuka matanya saat saya masuk kamar yang berantakan itu. Saya raba badannya, ternyata panas. Keningnya juga panas. Saya tak tahan melihat Putro yang jauh berbeda kondisinya beberapa bulan yang lalu. Badannya sekarang tinggal kulit berbalut tulang. Pada awal hendak memfoto dia, saya merasa tak tega....tapi ibunya mengijinkan dan akhirnya saya memaksa diri saya utnuk memotret dia, dengan kamera HP sederhana karena kamera pocket saya rusak.
Putro tidak bisa berdiri lama-lama, karena kakinya tidak cukup kuat menahan berat badannya, meski sekarang kurus kering itu. Akhirnya dia menangis dan minta kembali rebahan sambil mencopot celananya, karena gerah. Saya menahan nafas melihat tubuh kurus keringnya itu. "Duh, Gusti,...kuatkan saya!"
Berbincang sebentar dengan ibunya, saya akhirnya mendapatkan informasi jika Putro telah dibawa ke beberapa dokter dan RS. Mereka bilang Putro mengalami kekurangan gizi. Tapi selama proses pengobatan, belum ada hasil yang signifikan.
Kemudian saya serahkan melalui ibunya sebotol suplemen makanan (curcuma plus), yang kemudian dipegang Putro dengan erat. Semoga melalui sedikit hal ini, Putro ada sedikit semangat buat makan.
Berikut beberapa foto Putro:
Foto Putro 20 Februari 2011, saat masih sehat dan ikut belajar bersama.
Putro asyik mewarnai, 5 Mei 2012, saat dia mulai sakit.
Foto Putro 31 Oktober 2012
Putro yang menangis, karena kakinya tak kuat menahan tubuhnya untuk berdiri.
Saat hendak pulang, saya bertemu dengan Norma, salah satu kakak Putro. Norma terlahir kembar bersama Nora, kedua-duanya sama-sama perempuan. Nora telah duduk di kelas 3 SD, tapi Norma tidak dapat menikmati kebahagiaan seperti kembarannya....karena sejak lahir kaki Norma mengidap polio, sehingga dia tidak bisa berjalan, hanya bisa merangkak. Norma cantik, tapi dia belum bisa mengontrol air liur yang keluar dari mulutnya. Tapi sungguh mengharukan....ternyata dia tetap mengenali saya dan memanggil nama saya, meski kami jarang bisa bertemu. Saya pun mengobrol dengan dia sejenak dan menghibur dia dengan mengajaknya berfoto....dia sangat suka difoto.
Saya tidak tahu, apa yang bisa saya perbuat terhadap keluarga ini. Saya hanya percaya, Tuhan yang telah pertemukan kami, dan Dia pasti akan bukakan jalan buat saya untuk menolong mereka...entah itu melalui kawan-kawan yang membaca tulisan ini atau melalui hal lain. "Tuhan, tolong kami..." doa ini yang mengiringi senja berubah malam, petang itu.
Komentar
Posting Komentar