Langsung ke konten utama

Setangkup Doa...

Kamis malam, 6 Desember 2012, sekitar jam 23.00, sebuah pesan singkat masuk di HPku. Karena lelah, pesan tersebut baru terbaca keesokan pagi, saat terbangun....
"Mbak,...Putro, sudah dipanggil Allah."
Degg,....rasanya kaget bukan kepalang. Setelah tersadar dari rasa kaget, saya hanya bisa berdoa dan mengingat semuanya dengan lebih tenang.

Sabtu, 8 Desember 2012, akhirnya saya memiliki waktu untuk berkunjung ke rumah Putro, menemui ibu dan Abni, kakaknya. Setelah mengungkapkan rasa dukacita yang mendalam, akhirnya kami mendapatkan cerita lengkapnya.....
PUTRO SAPTO PAMUNGKAS, bocah kecil yang belum genap 6,5 tahun itu, mulai ketahuan terserang gizi buruk sejak pertengahan tahun 2012 lalu. Berat badan terakhir yang diketahui tercatat 10 Kg. Badannya makin kurus, sedang bentuk wajahnya semakin bundar (wajah bulan?). Beberapa kali masuk RS, dan keterangan dari dokter hanya menyatakan dia terserang gizi buruk. Tapi, saat keluar dari RS, tak ada obat atau asupan vitamin yang diberikan untuk pemulihannya.

Menjelang awal November 2012, penyakit Putro makin terlihat parah, sudah lagi tak kuat berdiri. Saban berdiri dia menahan sakit dan akhirnya menangis. Telapak kakinya terlihat hitam gosong. Sedang tubuhnya hanya tulang terbalut kulit saja. Orangtuanya sudah terlihat menyerah, saat saya sarankan untuk membawanya ke dokter atau RS lagi. 
Akhirnya kami mengusahakan bantuan susu untuk Putro, yang kami terima dari teman-teman di Jakarta. 

Menjelang akhir November, ternyata Putro terserang diare terus-menerus. Akhirnya pada 21 November ia dibawa ke ruang ICU RSUD Malang. Hampir 2 pekan Putro terbaring di ruang ICU, dengan mengandalkan Jamkesmas, milik kedua orangtuanya. Saat di RS, berat badannya naik 1 kg, menjadi 11 Kg. 
Tapi ada suatu yang aneh, menurut penuturan ibunya. Tiba-tiba pada badan Putro timbul bercak merah, yang akhirnya merembet pada bagian tubuhnya yang lain, kemudian mengelupas (seperti ganti kulit). Dokter tidak mau menerangkan apa penyakitnya, dia hanya bersikeras Putro menderita Gizi buruk dan diare kronis.
Menurut seorang kawan, yang mengerti dunia kedokteran mengatakan, kemungkinan saat itu Putro telah mengalami kekurangan protein dalam tubuhnya, dalam artian penyakitnya telah menyerang hati. Tubuh sudah tidak dapat melawan racun yang mulai menyebar dalam tubuhnya.

"Anehnya, Mbak,...waktu di rumah itu badan Putro utuh. Tapi pas pulang dari RS (jasadnya) sudah rusak, seperti bolong-bolong gitu..." urai Ibunya, sambil meneteskan air matanya.
"Dokter tidak mau jujur mengatakan apa penyakitnya. Suster hanya bilang ke suami saya: saya tahu penyakit anak bapak, tapi saya gak ber hak untuk menjelaskan pada bapak. Makanya saat malam terakhir itu, saya gak mau dia dipasangi bantuan pernafasan...sampai akhirnya dia meninggal. Karena saya tahu, gimana rasanya hal itu, saat kami di RS..." cerita Ibu Putro lebih lanjut.



Ya, kita mengharapkan yang terbaik....tapi Tuhan menentukan yang terbaik lagi.
Hanya doa kami menyertai kepergianmu, Putro....kami sayang padamu. Tuhan pasti lebih sayang lagi padamu.

Terimakasih kawan-kawan, untuk bantuannya selama ini bagi Putro. Keluarga Putro, diwakili ibunya mengucapkan banyak terimakasih. Berkah Dalem 


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEWARNAI PASIR

Minggu depan kami berencana mewarnai gambar dengan menggunakan pasir laut. Wah, gimana caranya? Penasaran ya? Sabar, pasti jika tiba saatnya kami akan tulis juga di blog ini.  Jadi pekan ini kami belajar menyiapkan bahannya yakni membuat pasir berwarna. Pertama kami menyiapkan semua bahannya: pasir laut, pewarna makanan, gelas plastik, sendok/garpu plastik, dan air secukupnya.     Pasir laut yang sudah dicuci bersih dan dikeringkan Pewarna Makanan Gelas, sendok/garpu plastik bekas Cara membuatnya: Pertama pasir laut harus dibilas dengan air tawar terlebih dahulu untuk menghilangkan bau amis, jemur di tengah terik matahari. Kita bisa jemur beberapa kali (meski pasir sudah kering) agar bau amis bisa benar-benar hilang. Kemudian kita bisa simpan pasir tersebut pada botol plastik (bekas aqua, dsb).   Untuk mewarnai pasir laut, kami menggunakan warna dari pewarna kue cair, dicampur dengan sedikit air, dan anak-anak membantu dengan mengaduk pasirnya hingga rata terca

Games Kejujuran

Minggu, 30 Juni 2013 Pagi yang cerah, anak-anak sedang libur sekolah. Pekan yang lalu kami telah sama-sama berencana, jika hari ini akan mengadakan kegiatan lomba. Rupanya anak-anak di Bantaran Kali Brantas, Mergosono, Malang, sudah tak sabar menanti kedatangan saya. Begitu saya datang, semua anak langsung berkumpul di tanah lapang SDN Mergosono 4, tempat biasa kami bermain dan belajar bersama. Mereka datang dengan wajah-wajah yang penuh semangat, senyum ceria dan di tangan mereka telah terkepal 'gempo' (gempo= bulatan dari tanah yang dipadatkan). Setelah mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk membuat track untuk lomba, anak-anak berkumpul di halaman, duduk bersama dan kami mulai dengan membuat peraturan permainan bersama terlebih dahulu. Permainan sepanjang hari ini kami namakan Games Kejujuran. Peraturan selama permainan adalah: tidak boleh ada kata-kata kotor, perkelahian dan suara tangis. Setiap kali ada pelanggaran konsekuensinya poin dikurangi 10. Sedangkan jika

Permainan Kerjasama - Melewati Tali

Permainan kerjasama - Melewati Tali, sebenarnya mudah. Hanya saja perlu kekompakkan dan kerjasama kelompok. Pertama, anak-anak membentuk lingkaran besar dan saling bergandengan tangan. Tali (bisa dari tali rafia) diletakkan pada tubuh salah seorang anak. Tiap-tiap anak berusaha untuk memindahkan tali tersebut ke temannya yang lain, tanpa melepaskan pegangan tangannya. Mau mencoba? Seru juga lho!