Minggu pagi yang cerah, matahari bersinar terang, tapi juga dingin (24/8). Saat saya sampai di halaman sekolah SDN Mergosono 4, dengan diikuti anak-anak, ternyata halaman sekolah, tempat biasa kami pakai untuk bermain dan belajar basah oleh air. Rupanya Pak Dar, penjaga sekolah tersebut, tengah membersihkan halaman.
Wah, sedikit bingung...mau belajar di mana nih? Sementara itu anak-anak mulai berdatangan. Tak lama datang Pak Dar. "Wah, lantainya lagi dibersihkan Mbak,...belajar di meja saja ya!" ucap Pak Dar, sambil menatakan meja dan kursi, yang biasa di pakai anak-anak duduk-duduk dan ngobrol (semacam kantin). Sebuah meja tak terlalu besar, dan beberapa kursi kecil dan kursi panjang akhirnya dijajarkan. Segera saja anak-anak berbagi tempat duduk. Sebagian yang tidak kebagian tempat duduk, akhirnya berdiri atau mencari lantai yang kering, di dekat rumah Pak Dar.
Hari ini kami belajar kembali dengan clay/malam, membuat suatu bentuk, seperti yang diimajinasikan anak-anak. Sambil tangan mulai mengerjakan, kami sibuk pula ngobrol. Rupanya beberapa anak tidak bergabung dengan kami, karena masih mengikuti acara lomba di kampung mereka. Kami pun berencana untuk mengadakan acara lomba-lomba dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Setelah berdebat dengan beberapa anak-anak, akhirnya kami sepakat lomba itu akan diadakan pada Minggu, 7 September 2014. Anak-anak juga sepakat membantu mempersiapkan kegaitan tersebut. Bagas dan Galang membantu meminjamkan kelereng mereka. Anak-anak juga sepakat membawa sendok dan ember mereka sendiri. Sedang anak-anak yang SMP (remaja) sepakat akan membantu saya untuk menyiapkan acara tersebut pada hari "H".
Tangan kecil anak-anak itu, akhirnya mulai membentuk sebuah benda dari clay yang mereka pegang.
"Mbak, aku buat wortel ya..." ucap Kusno (3 tahun), yang duduk di sampingku. Tangannya sibuk dengan clay tersebut. Tak lama kemudian dia berkata lagi, "Aku mau buat gigi..." ucapnya sambil tertawa renyah, sambil membuat bulatan-bulatan kecil di meja. Aku hanya tertawa saja sambil sesekali berkomentar padanya. Hari ini dia nampak segar, bertambah gemuk. Rupanya Kusno sudah sembuh dari sakit batuknya.
Anak-anak yang lain mulai meletakkan hasil karya imajinasi mereka di tengah-tengah meja.
Ayunan (warna biru campur) karya Imron,10 tahun.
Dengan bangga Rohman berkata, "Kak, aku buat sumur," ucapnya sambil meletakkan clay orange, berbentuk sumur.
"Aku buat ayunan, Kak," timpal Imron, bocah putus sekolah, yang terkadang masih malu-malu bergabung dengan kawan-kawannya itu. Aku tersenyum menyatakan sukacita atas karya anak-anak tersebut.
Ya, ternyata imajinasi anak-anak memang luar biasa. Terkadang orang-orang dewasa meremehkan mereka, tapi saat kita mau mendorong dan memberikan mereka sebuah ruang dan kesempatan...mereka melakukannya dengan luar biasa.
Wah, sedikit bingung...mau belajar di mana nih? Sementara itu anak-anak mulai berdatangan. Tak lama datang Pak Dar. "Wah, lantainya lagi dibersihkan Mbak,...belajar di meja saja ya!" ucap Pak Dar, sambil menatakan meja dan kursi, yang biasa di pakai anak-anak duduk-duduk dan ngobrol (semacam kantin). Sebuah meja tak terlalu besar, dan beberapa kursi kecil dan kursi panjang akhirnya dijajarkan. Segera saja anak-anak berbagi tempat duduk. Sebagian yang tidak kebagian tempat duduk, akhirnya berdiri atau mencari lantai yang kering, di dekat rumah Pak Dar.
Hari ini kami belajar kembali dengan clay/malam, membuat suatu bentuk, seperti yang diimajinasikan anak-anak. Sambil tangan mulai mengerjakan, kami sibuk pula ngobrol. Rupanya beberapa anak tidak bergabung dengan kami, karena masih mengikuti acara lomba di kampung mereka. Kami pun berencana untuk mengadakan acara lomba-lomba dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Setelah berdebat dengan beberapa anak-anak, akhirnya kami sepakat lomba itu akan diadakan pada Minggu, 7 September 2014. Anak-anak juga sepakat membantu mempersiapkan kegaitan tersebut. Bagas dan Galang membantu meminjamkan kelereng mereka. Anak-anak juga sepakat membawa sendok dan ember mereka sendiri. Sedang anak-anak yang SMP (remaja) sepakat akan membantu saya untuk menyiapkan acara tersebut pada hari "H".
Tangan kecil anak-anak itu, akhirnya mulai membentuk sebuah benda dari clay yang mereka pegang.
"Mbak, aku buat wortel ya..." ucap Kusno (3 tahun), yang duduk di sampingku. Tangannya sibuk dengan clay tersebut. Tak lama kemudian dia berkata lagi, "Aku mau buat gigi..." ucapnya sambil tertawa renyah, sambil membuat bulatan-bulatan kecil di meja. Aku hanya tertawa saja sambil sesekali berkomentar padanya. Hari ini dia nampak segar, bertambah gemuk. Rupanya Kusno sudah sembuh dari sakit batuknya.
Anak-anak yang lain mulai meletakkan hasil karya imajinasi mereka di tengah-tengah meja.
Ayunan (warna biru campur) karya Imron,10 tahun.
Sumur (warna oranye) karya Rohman, 7 tahun.
Dengan bangga Rohman berkata, "Kak, aku buat sumur," ucapnya sambil meletakkan clay orange, berbentuk sumur.
"Aku buat ayunan, Kak," timpal Imron, bocah putus sekolah, yang terkadang masih malu-malu bergabung dengan kawan-kawannya itu. Aku tersenyum menyatakan sukacita atas karya anak-anak tersebut.
Ya, ternyata imajinasi anak-anak memang luar biasa. Terkadang orang-orang dewasa meremehkan mereka, tapi saat kita mau mendorong dan memberikan mereka sebuah ruang dan kesempatan...mereka melakukannya dengan luar biasa.
Komentar
Posting Komentar