Minggu pagi yang panas (19/10).
Nampak asap mengepul saat kaki melangkah di sekitaran Tempat Pembuangan Akhir Mergosono, Malang. Sinar matahari terik, menyengat kulit. Masih pagi, tapi terasa sudah sangat siang. Para pemulung yang bekerja di pembuangan sampah tersebut nampak memilah dan bekerja dengan semangatnya. Bakaran sampah mengeluarkan asap tebal dan bau yang tak terlalu sedap. Meski demikian orang-orang nampak sudah terbiasa duduk-duduk, sambil menikmati panas matahari.
Teringat 14 tahun lalu, saat kaki melangkah untuk pertama kalinya di daerah perbukitan sampah ini. Bahu membawa tas peralatan belajar, kaki memakai sandal jepit dan menyusuri jalanan penuh sampah itu. Saban kali melewati daerah sampah-sampah itu harus berhati-hati, jalanan licin, entah karena sampah, hujan atau memang karena jalanan menurun yang curam. Meski terkadang jatuh dan terpeleset tak dapat dihindari, namu saat mendengar sapaan lembut dari para warga, rasanya syok pun berlalu. Bagaimana tidak syok, saat terpeleset yang terbayang adalah akan jatuh berguling-guling, di perbukitan yang curam itu.
"Hai, Mbak" sapa seorang Bapak.
"Pagi, Bu Guru," goda beberapa warga dari atap genteng.
"Mbak Ayik, datang...!" seru anak-anak, melenyapkan rasa syok atau kaget usai terpeleset tadi.
Itu 14 tahun yang lalu...sekarang makin banyak rumah-rumah bermunculan di bawah perbukitan sampah ini. Banyak pendatang dan makin berjubel.
Pagi ini, usai menyapu halaman tempat yang akan dipakai belajar bersama anak-anak, ditemani si Kusno kecil, yang badannya makin tambun, kami ngobrol bersama. Obrolan ringan naumn menyenangkan, karena Kusno menjawabnya dengan spontan dan jujur. Tak beberapa lama anak-anak berdatangan dan kami pun mulai belajar, setelah ritual potong kuku dan membagi vitamin C kami lakukan.
Hari ini berlalu dengan sederhana...
kami menggambar bebas dan bercerita. Tangan anak-anak bekerja dan mulut mereka berbicara. Banyak cerita dan itu semua memperkaya pengalaman kami bersama.
Disela-sela ngobrol, coba saya putarkan video kegiatan kami bersama melalui tablet sederhana yang saya bawa. Ada beberapa video kegiatan bersama anak-anak saat kami belajar dan bermain bersama.
"Wah, aku mulai ikut belajar Mbak Ayik, mulai TK lho," ucap Putri bangga.
"Lho, Mbak Anggi masih kecil ya, di foto itu, ha ha ha..." ucap Amel sambil tertawa.
Anak-anakpun kemudian sibuk mengobrol, mengenang 14 tahun lalu, awal kegiatan pendampingan ini dimulai.
Hari ini berlalu dengan sederhana...namun penuh ucapan syukur
Mengucap syukur pada Tuhan yang memberikan hati pada kami, memampukan di saat terjatuh dan menggendong disaat lemah
Mengucap syukur dengan kebersamaan kami sampai hari ini
Mengucap syukur untuk setiap sahabat yang peduli dan mendukung kegiatan pendampingan ini
Mengucap syukur untuk cinta kasih ddan hal-hal luar biasa yang terjadi
*Trims, Mbak Herdina, buat kiriman Oreo dan susunya buat anak-anak.
*Trims, Mbak Mazmur...meski jauh-jauh di USA, tetap mengingat adik-adik dan rutin memberikan dukungan dana, Gusti berkahi.
Nampak asap mengepul saat kaki melangkah di sekitaran Tempat Pembuangan Akhir Mergosono, Malang. Sinar matahari terik, menyengat kulit. Masih pagi, tapi terasa sudah sangat siang. Para pemulung yang bekerja di pembuangan sampah tersebut nampak memilah dan bekerja dengan semangatnya. Bakaran sampah mengeluarkan asap tebal dan bau yang tak terlalu sedap. Meski demikian orang-orang nampak sudah terbiasa duduk-duduk, sambil menikmati panas matahari.
Teringat 14 tahun lalu, saat kaki melangkah untuk pertama kalinya di daerah perbukitan sampah ini. Bahu membawa tas peralatan belajar, kaki memakai sandal jepit dan menyusuri jalanan penuh sampah itu. Saban kali melewati daerah sampah-sampah itu harus berhati-hati, jalanan licin, entah karena sampah, hujan atau memang karena jalanan menurun yang curam. Meski terkadang jatuh dan terpeleset tak dapat dihindari, namu saat mendengar sapaan lembut dari para warga, rasanya syok pun berlalu. Bagaimana tidak syok, saat terpeleset yang terbayang adalah akan jatuh berguling-guling, di perbukitan yang curam itu.
"Hai, Mbak" sapa seorang Bapak.
"Pagi, Bu Guru," goda beberapa warga dari atap genteng.
"Mbak Ayik, datang...!" seru anak-anak, melenyapkan rasa syok atau kaget usai terpeleset tadi.
Itu 14 tahun yang lalu...sekarang makin banyak rumah-rumah bermunculan di bawah perbukitan sampah ini. Banyak pendatang dan makin berjubel.
Pagi ini, usai menyapu halaman tempat yang akan dipakai belajar bersama anak-anak, ditemani si Kusno kecil, yang badannya makin tambun, kami ngobrol bersama. Obrolan ringan naumn menyenangkan, karena Kusno menjawabnya dengan spontan dan jujur. Tak beberapa lama anak-anak berdatangan dan kami pun mulai belajar, setelah ritual potong kuku dan membagi vitamin C kami lakukan.
Hari ini berlalu dengan sederhana...
kami menggambar bebas dan bercerita. Tangan anak-anak bekerja dan mulut mereka berbicara. Banyak cerita dan itu semua memperkaya pengalaman kami bersama.
Disela-sela ngobrol, coba saya putarkan video kegiatan kami bersama melalui tablet sederhana yang saya bawa. Ada beberapa video kegiatan bersama anak-anak saat kami belajar dan bermain bersama.
"Wah, aku mulai ikut belajar Mbak Ayik, mulai TK lho," ucap Putri bangga.
"Lho, Mbak Anggi masih kecil ya, di foto itu, ha ha ha..." ucap Amel sambil tertawa.
Anak-anakpun kemudian sibuk mengobrol, mengenang 14 tahun lalu, awal kegiatan pendampingan ini dimulai.
Hari ini berlalu dengan sederhana...namun penuh ucapan syukur
Mengucap syukur pada Tuhan yang memberikan hati pada kami, memampukan di saat terjatuh dan menggendong disaat lemah
Mengucap syukur dengan kebersamaan kami sampai hari ini
Mengucap syukur untuk setiap sahabat yang peduli dan mendukung kegiatan pendampingan ini
Mengucap syukur untuk cinta kasih ddan hal-hal luar biasa yang terjadi
*Trims, Mbak Herdina, buat kiriman Oreo dan susunya buat anak-anak.
*Trims, Mbak Mazmur...meski jauh-jauh di USA, tetap mengingat adik-adik dan rutin memberikan dukungan dana, Gusti berkahi.
Komentar
Posting Komentar