Langsung ke konten utama

REFLEKSI 15 TAHUN PENDAMPINGAN ANAK-ANAK

Pagi itu (25/10) saya bergegas berjalan kaki menuju tempat anak-anak di bantaran Kali Brantas, Mergosono, Malang. Melewati jalanan setapak, dan kemudian melewati perbukitan sampah di bekas TPA Mergosono. 

                     Area perbukitan sampah di bekas TPA Mergosono (bagian atas)


                                   Jalanan curam di perbukitan sampah


               Jalanan curam di perbukitan sampah, yang mulai diperbaiki warga.



 Panorama dari perbukitan sampah di bekas TPA Mergosono.

Cuaca sangat panas, meski jam baru menunjuk di angka 07.30. Aroma khas sampah bercampur benda-benda terbakar, juga bau kambing di daerah itu, mulai memenuhi rongga dada saya, saat memasuki daerah perbukitan sampah tersebut. Aroma ini jadi makin akrab, karena hampir saban minggu saya melewati jalanan ini.

Tiba di jalanan curam, di lereng bukit sampah, di dekat pembakaran kulit (entah kulit sapi atau kulit-kulit lain yang terbakar) saya menemui Mbah Putri dan Mbah Kung, berjalan pelan di depan saya sambil membawa barang bawaan mereka. Baju mereka nampak rapi dan bagus, meski tak terbilang baru. 

"Lho, dari mana, Mbah?" sapa saya, sambil kemudian menawarkan membawakan barang-barang mereka. Sedikit terkejut namun dengan tersenyum mereka menyerahkan barang bawaannya. Nampak lelah di usia lanjut. Tambah lagi jalanan yang curam membuat mereka semakin berkosentrasi melangkah dengan tertatih-tatih.

"Dari pasar, Ndhuk," jawab Mbah Putri. Kardus di  tangannya berisi barang belanjaan saya ambil, nafasnya terdengar ngos-ngosan. "Hati-hati Kung," ucap Mbah Putri pada Mbah Kung, yang berjalan di belakang kami. Saya berjalan di depan sambil membawa barang belanjaan mereka. Jalanan di lereng bukit sampah ini memang licin, tambah lagi kala musim hujan. Saya saja sering terpeleset, gimana mereka ya? Ah, membayangkannya jadi tambah ngeri.
Setelah sampai di bawah, saya tuntun Mbah Putri dan kami beriringan berjalan menuju rumahnya di bawah perbukitan sampah.
"Lho, memang mau ke mana Ndhuk?" tanya Mbah Putri.
"Ke bawah Mbah, ke lapangan sekolah," jawab saya.
"Oh, iya,...ini hari Minggu ya? Ohhh,...ini Bu Guru yang ngajari anak-anak itu ya tiap hari Minggu," sumringah suara Mbah Putri sambil tersenyum ke arah saya. Ah, saya jadi malu mendapat sebutan itu. Selama ini yang menyebut saya "Bu Guru" adalah orang-orang di kampung tersebut, meski saya tak mengharap mendapat sebutan tersebut.
"Kok, belanja sendiri sih, Mbah? Anak-anaknya ke mana?" tanya saya, saat kami akhirnya tiba di depan pintu rumah Mbah Putri yang terbilang sederhana tersebut. Rumah kecil, di mana bagian ruang tamu dipakai sebagai warung kecil mereka. 
"Anak-anak saya ada enam, semuanya sudah menikah dan ada di Jakarta. Saya sama Mbah Kung saja di rumah...ya, kalau gak jualan jadi gak punya kesibukan. Gak enak rasanya kalau diam saja. Gak ada yang mbantu di rumah, jadi ya pergi belanja sendiri," cerita Mbah Putri sambil membuka pintu rumahnya.
"Baik, Mbah, saya ke sekolahan dulu, sudah ditungguin anak-anak," ucap saya sambil menyerahkan belanjaannya. Ada Gesang dan Momo yang ternyata telah mengikuti di samping saya, saat kami tadi menuruni jalan tanjakan masuk perkampungan sempit ini.
"Terima kasih, ya, Ndhuk," ucap Mbah Putri. Terlihat Mbah Kung masih berjalan pelan menuruni tangga masuk perkampungan ini. Dia nampak tersenyum pada saya sambil melambaikan tangan.

"Mbak, gimana...pasirnya di bawah tah?" ucap Gesang mengagetkan saya.
"Ok. Ajak teman yang lainnya juga ya," sahut saya bergegas berjalan menuju halaman sekolah SDN Mergosono 4, tempat kami biasa belajar dan bermain bersama selama ini.

Wah, tak terasa Oktober 2015 ini adalah tahun ke-15 saya berproses mendampingi anak-anak di bantaran Kali Brantas, Mergosono. Sudah hampir empat generasi berlalu. Mereka yang dulu kecil sekarang bahkan sudah membawa anak-anak kecil mereka menemui saya....ah, jadi melankolis mengingatnya.

Tak ada salahnya bukan, jika kali ini saya mengajak mengingat perjalanan 15 tahun kebersamaan ini dalam foto.


 Awal kegiatan pendampingan bersama anak-anak ini, dulu memakai halaman rumah Bp. Minadji, Mergosono

Semakin lama semakin banyak anak yang bergabung, dan halaman rumah pun tak muat.

 Namanya juga tinggal di pinggiran kali, kadang pun kami bermain bersama di kali Brantas ini.

 Keceriaan anak ini selalu mendatangkan kerinduan tersendiri

 Dulu kami pernah juga mengadakan pemeriksaan dan pengobatan gratis bagi warga sekitar dengan tim medis dari antar umat beragama.

 Sesekali juga belajar di rumah saya, agar anak-anak sedikit refreshing

 Gosok gigi bersama adalah kegiatan yang sangat menyenangkan bagi anak-anak

Selain gigi jadi bersih, anak-anak senang mendapat sikat gigi dan pasta gigi baru, jika kegiatan ini berlangsung

Sambil bermain kita juga belajar

 Kadang sambil memanjat tembok pun bisa jadi sambil belajar

Bermain enggrang
 
 Belajar bersama

 Senang bisa belajar dan bermain bersama kakak-kakak dari PMK Universitas Brawijaya, yang berkunjung ke tempat anak-anak

Kami juga pernah dikunjungi teman-teman dari Jerman dan Congo, yang ingin melihat proses pendampingan bersama anak-anak ini

Bermain dan belajar menggunakan malam

 Sambil bermain anak-anak bisa mengembangkan imajinasi mereka

 Kadang kami hanya duduk-duduk saja

 Sambil duduk-duduk kami bercerita tentang banyak hal, sekolah, keluarga, teman dan sebagainya.

 Belajar juga harus kreatif

Belajar juga harus peduli sama teman yang lain

 Belajar bersama, saling membantu

Generasi keempat yang mulai bergabung

 Belajar model adik kakak

Belajar tak selamanya harus serius

Belajar sambil bermain
 
 Belajar bisa dengan siapa saja, teman juga bisa mengajari yang lainnya

Halo....!
 
Ini hasil karyaku
 
 Saat kunjungan kakak-kakak dari PMK Universitas Brawijaya

 Ekspresi anak-anak

Trims, buat Majalah Bahana yang telah memuat kisah kami

 Trims, buat koran harian nasional Kompas yang menyemangati

Trims, buat teman-teman VEM yang menerbitkan buku ini, sehingga kisah kami sedikit menginspirasi banyak orang di belahan bumi
 
Semoga kami tak malas mensharingkan kisah ini bagi teman-teman yang lainnya...
 
Kebersamaan bersama anak-anak
 

Terima kasih Tuhan untuk 15 tahun yang boleh bergulir, dan ini tidaklah mudah. Semakin hari ada banyak kesibukan yang seringkali jadi alasan. Entah itu rasa capek, jenuh, sakit, juga alasan-alasan yang lain. Tapi selalu saja ada alasan untuk selalu kembali pada anak-anak ini. 
Terima kasih Tuhan untuk 15 tahun yang boleh bergulir, juga kasih sayang dari para sahabat dalam doa, dukungan dana, dukungan moral, agar kegiatan pendampingan ini bisa tetap berjalan. Teristimewa kasih sayang dari anak-anak di bantaran Kali Brantas, Mergosono, Malang, yang selalu mendatangkan kerinduan untuk tetap melayani di sana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Games Kejujuran

Minggu, 30 Juni 2013 Pagi yang cerah, anak-anak sedang libur sekolah. Pekan yang lalu kami telah sama-sama berencana, jika hari ini akan mengadakan kegiatan lomba. Rupanya anak-anak di Bantaran Kali Brantas, Mergosono, Malang, sudah tak sabar menanti kedatangan saya. Begitu saya datang, semua anak langsung berkumpul di tanah lapang SDN Mergosono 4, tempat biasa kami bermain dan belajar bersama. Mereka datang dengan wajah-wajah yang penuh semangat, senyum ceria dan di tangan mereka telah terkepal 'gempo' (gempo= bulatan dari tanah yang dipadatkan). Setelah mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk membuat track untuk lomba, anak-anak berkumpul di halaman, duduk bersama dan kami mulai dengan membuat peraturan permainan bersama terlebih dahulu. Permainan sepanjang hari ini kami namakan Games Kejujuran. Peraturan selama permainan adalah: tidak boleh ada kata-kata kotor, perkelahian dan suara tangis. Setiap kali ada pelanggaran konsekuensinya poin dikurangi 10. Sedangkan jika

MEWARNAI PASIR

Minggu depan kami berencana mewarnai gambar dengan menggunakan pasir laut. Wah, gimana caranya? Penasaran ya? Sabar, pasti jika tiba saatnya kami akan tulis juga di blog ini.  Jadi pekan ini kami belajar menyiapkan bahannya yakni membuat pasir berwarna. Pertama kami menyiapkan semua bahannya: pasir laut, pewarna makanan, gelas plastik, sendok/garpu plastik, dan air secukupnya.     Pasir laut yang sudah dicuci bersih dan dikeringkan Pewarna Makanan Gelas, sendok/garpu plastik bekas Cara membuatnya: Pertama pasir laut harus dibilas dengan air tawar terlebih dahulu untuk menghilangkan bau amis, jemur di tengah terik matahari. Kita bisa jemur beberapa kali (meski pasir sudah kering) agar bau amis bisa benar-benar hilang. Kemudian kita bisa simpan pasir tersebut pada botol plastik (bekas aqua, dsb).   Untuk mewarnai pasir laut, kami menggunakan warna dari pewarna kue cair, dicampur dengan sedikit air, dan anak-anak membantu dengan mengaduk pasirnya hingga rata terca

Permainan Kerjasama - Melewati Tali

Permainan kerjasama - Melewati Tali, sebenarnya mudah. Hanya saja perlu kekompakkan dan kerjasama kelompok. Pertama, anak-anak membentuk lingkaran besar dan saling bergandengan tangan. Tali (bisa dari tali rafia) diletakkan pada tubuh salah seorang anak. Tiap-tiap anak berusaha untuk memindahkan tali tersebut ke temannya yang lain, tanpa melepaskan pegangan tangannya. Mau mencoba? Seru juga lho!