Akhir tahun 2013 hingga berjalannya waktu di 2014 ini, merupakan tahun terberat bagi saya, saat mendampingi anak-anak di bantaran Kali Brantas Mergosono, Malang. Tahun penuh tekanan dan membuat saya patah semangat, bahkan terpikir untuk berhenti.
Saya banyak mengambil waktu untuk berretret secara pribadi dengan Tuhan, apakah tepat untuk mengambil keputusan tersebut? Hati saya penuh dengan gejolak dan kadang-kadang merasa sangat hampa.
Sejalan dengan hal itu, saya putuskan untuk "tetap" berjalan mendampingi anak-anak...
Minggu ini (23/3) mungkin adalah awal Tuhan menjawab beberapa pertanyaan tentang pergumulan saya.
Seseorang yang dulunya sangat membenci saya, menolak saya secara terang-terangan di tengah warga di mana anak-anak yang saya dampingi berada, mendadak kemarin menghampiri saya, mengajak mengobrol dan bersikap sangat manis.
Antara terkejut dan masih kurang percaya, saya hanya bisa mengucap syukur pada Tuhan...ternyata doa-doa saya selama ini didengar oleh-Nya, Dia berkenan melembutkan hatinya. Satu pergumulan tersingkapkan, tapi saya tidak ingin "kenyamanan" yang saya terima ini, kemudian melemahkan saya.
Beberapa pekan ini pula, mendadak ada beberapa teman yang mengingatkan tentang makna pendampingan anak pada saya...melalui kliping-kliping yang saya miliki dulu...
Aneh....tapi ternyata kembali Dia menyegarkan hati saya.
Mungkin saya masih ragu dan bergumul dengan semua ini. "Apakah saya harus berhenti, berdiam sesaat dan memulainya nanti?"
Saya hanya berharap, pergumulan ini kiranya terus menjernihkan mata hati saya, senyampang saya masih mendampingi anak-anak.
Saya banyak mengambil waktu untuk berretret secara pribadi dengan Tuhan, apakah tepat untuk mengambil keputusan tersebut? Hati saya penuh dengan gejolak dan kadang-kadang merasa sangat hampa.
Sejalan dengan hal itu, saya putuskan untuk "tetap" berjalan mendampingi anak-anak...
Minggu ini (23/3) mungkin adalah awal Tuhan menjawab beberapa pertanyaan tentang pergumulan saya.
Seseorang yang dulunya sangat membenci saya, menolak saya secara terang-terangan di tengah warga di mana anak-anak yang saya dampingi berada, mendadak kemarin menghampiri saya, mengajak mengobrol dan bersikap sangat manis.
Antara terkejut dan masih kurang percaya, saya hanya bisa mengucap syukur pada Tuhan...ternyata doa-doa saya selama ini didengar oleh-Nya, Dia berkenan melembutkan hatinya. Satu pergumulan tersingkapkan, tapi saya tidak ingin "kenyamanan" yang saya terima ini, kemudian melemahkan saya.
Beberapa pekan ini pula, mendadak ada beberapa teman yang mengingatkan tentang makna pendampingan anak pada saya...melalui kliping-kliping yang saya miliki dulu...
Aneh....tapi ternyata kembali Dia menyegarkan hati saya.
Mungkin saya masih ragu dan bergumul dengan semua ini. "Apakah saya harus berhenti, berdiam sesaat dan memulainya nanti?"
Saya hanya berharap, pergumulan ini kiranya terus menjernihkan mata hati saya, senyampang saya masih mendampingi anak-anak.
Komentar
Posting Komentar